Selasa, 23 Agustus 2011

BIJAK DALAM MENGELOLA DANA THR


Lebaran dan THR merupakan dua hal yang selalu dinantikan pada bulan Romadhon. Menjelang hari raya, biasanya perusahaan akan membagikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para karyawanya. Ini kisah lama yang kerap berulang. Begitu Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran berakhir, banyak keluarga penerima uang THR (Tunjangan Hari Raya) menghadapi kesulitan keuangan. Walaupun ada tambahan pemasukan, namun tidak diimbangi dengan banyaknya pengeluaran bahkan kadang lebih besar ibarat pepatah "BESAR PASAK DARIPADA TIANG", ada yang disebabkan tergiur dengan godaan Diskon besar-besaran yang diterapkan dihampir semua toko dan swalayan, maka disadari maupun tidak malah menjadikan keuangan menjadi defisit.

Ternyata, selain cara mengelola, cara pandang yang keliru terhadap uang THR juga menjadi penyebabnya. Uang hasil kerja keras pun seperti menyimpan bom waktu yang meletus ketika Lebaran usai.

Hingga saat ini masih banyak orang memandang uang THR sebagai uang tambahan pendapatan di luar gaji. Banyak pula yang memandang uang THR sebagai hadiah cuma-cuma yang diberikan oleh perusahaan atau insitusi tempat seseorang bekerja, untuk memenuhi keperluan merayakan Lebaran belaka.
Permenaker tentang THR juga menyebutkan bahwa THR diberikan dalam rangka menciptakan ketenangan usaha, meningkatkan kesejahteraan pekerja serta menimbulkan kondusifitas investasi. Maknanya uang THR bukanlah uang cuma-cuma yang bisa digunakan semaunya sekalipun dia diberikan menjelang masa Lebaran.

Sebenarnya merupakan hal wajar jika menjelang hingga Lebaran setiap keluarga memerlukan biaya tambahan untuk merayakannya. Namun sering terjadi, banyak keluarga yang sudah berusaha keras mengelola uang THR dengan baik pun tetap saja berlaku boros. Akibatnya pengeluaran pun membengkak. Umumnya pembengkakan pengekuaran terjadi karena konsumsi dan berbagai kegiatan yang berbiaya juga meningkat.

Jika dalam kehidupan sehari-hari, setiap keluarga mampu mengelola gaji bulanan dengan baik, maka logikanya juga akan mampu mengelola uang THR dengan baik pula. Oleh sebab itu setiap keluarga perlu memiliki kemampuan mengelola uang THR dengan baik. Bahkan bukan hal yang mustahil bahwa sebagian dari uang THR itu bisa ditabung.

Selain patut menyadari bahwa uang THR bukanlah uang cuma-cuma, setiap keluarga juga perlu menyadari jumlah uang THR yang diterima tidaklah sebesar gaji bersih satu bulan. Sebab uang yang diterima akan dikurangi pajak. Misalnya gaji setelah pajak sebesar Rp 3 juta maka THR yang diterima pasti dibawah Rp 3 juta karena dipotong pajak setahun.
Cara bijak mengelola dana THR

1. BUATLAH DAFTAR KEWAJIBAN
Susunlan daftar keperluan apa saja yang harus dipenuhi seperti harus dibayar seperti utang, termasuk kartu kredt; asuransi yang jatuh tempo; dan uang THR untuk orang yang bekerja di lingkungan rumah ( sopir, pembantu rumah tangga, tukang kebun dsb).
Pastikan uang disediakan untuk membayar kewajiban ini maksimal 30 persen dari gaji + THR bersih.

Catatan: Langkah (1) ini akan mendatangkan konsekuensi yakni keluarga tidak bisa menikmati uang THR untuk membeli berbagai hal yang diinginkan. Namun keluarga akan merasa lega dan tenang karena tidak memiliki utang atau kesulitan keuangan sesudah Lebaran berakhir. Jangan lupa menyisihkan dana untuk zakat, Infaq dan sodaqoh )

2. BUATLAH ANGGARAN HARI RAYA
Belilah makanan atau bahan makanan untuk Puasa dan Lebaran secara terkendali. Sajikanlah jenis makanan yang memang disukai dan pasti habis atau tidak terbuang.

3. BERSIKAP SEDERHANA
Lebaran tidak harus diidentikkan dengan keharusan memakai pakaian, sepatu dan berbagai perelengkapan baru sehingga biaya untuk hal-hal tersebut bisa dihemat.
Jika kegiatan mudik harus dilakukan, keluarga harus sudah menyiapkan anggarannya terlebih dulu, termasuk dana selama berada di kampung halaman. Perlu dipertimbangkan bahwa biaya transportasi untuk mudik sering naik pada masa-masa Lebaran.

Catatan: Mike Rini, konsukltan keuangan dan penulis buku 120 Solusi Mengelola Keuangan Pribadi menyarankan, kalau seoang pegawai baru belum mendapat THR penuh sementara gajinya pas-pasan, sebaiknya tak perlu memaksakan diri untuk mudik.

4. UTAMAKAN SAVING
Jika suami isteri bekerja maka perlu dibuat kesepakatan, misalnya uang THR suami dipergunakan untuk keperluan Lebaran sedang THR istri ditabung atau diinvestasikan.
Sisihkan uang THR sebesar 10 persen untuk ditabung atau diinvestasikan.

Menurut sejumlah konsultan perencana keuangan seperti Safir Senduk dan Taufik Gumulya, sebuah keluarga harus dapat mengelola uang THR sebagaimana mengelola gaji bulanan biasa (100 persen); minus utang maksimal (30 persen); minus investasi minimal (10 persen) sehingga sisa uang THR yang digunakan untuk berlebaran sebesar 60 persen saja,

Jika pengeluaran mencapai sekitar 120 hingga kurang dari 160 persen atau antara 1,5 - 2,5 pengeluaran normal maka keluarga tersebut (masih) tergolong keluarga yang telah mampu mengelola uang THR secara sehat dan bijak.

Namun jika pengeluaran sebuah keluarga mencapai lebih 160 persen atau di atas 2,5 kali pengeluaran normal, keuangan keluarga tidak tergolong sehat dan dipastikan mengalami kesulitan keuangan pada masa sesudah Lebaran.

Untuk menghindari berbagai godaan untuk lamgsung berbelanja termasuk membeli hal-hal yang tidak diperlukan, sebaiknya uang THR dipindahkan ke rekening yang tidak ber-ATM ( Dari berbagai Sumber )